Bagaimana 5G Mengubah Industri Periklanan

Oleh : Alistair Goodman*
Addiction.id-Jakarta Banyak orang berspekulasi tentang potensi teknologi 5G. Di industri periklanan, 5G dinilai mampu mengubah pasar iklan secepat kecepatan jaringannya.
Pekan lalu, Apple mengumumkan bahwa semua iPhone yang dirilis pada 2022 akan berkemampuan 5G. Mereka tak lagi mendukung jika hanya untuk 4G. Hal ini bukan hanya berdampak besar pada konsumen, melainkan merek juga perlu menyesuaikan diri dengan mengadopsi cara baru untuk berinteraksi dengan konsumen. Jika tidak, akan berisiko tertinggal.
Adapun saat ini industri periklanan mulai mengadopsi 5G untuk mendukung jenis pengalaman iklan baru, seperti augmented reality (AR) dan format imersif lainnya. Dengan begitu, mereka tetap bisa relevan dan menarik bagi konsumen.
Masa depan iklan yang imersif

Penargetan pengguna, seperti yang kita ketahui, telah berubah. Penghentian ID iklan dan cookie, secara signifikan, telah mengurangi jumlah perangkat yang bisa dialamatkan 1-to-1 dan membatasi pendekatan tradisional untuk penargetan, efektivitas, dan meningkatkan engagement konsumen. Saat memasuki fase baru industri ini, pengiklan harus lebih fokus pada pengalaman kreatif. Pun harus bisa berinovasi menemukan format iklan baru, yang tak memerlukan data pengguna—yang memungkinkan mereka membuat iklan yang menarik bagi audiens. Di era ini, 5G akan menjadi sangat berharga.
Secara historis, selama ini konsumen membutuhkan waktu empat 4—5 detik untuk memuat halaman situs atau aplikasi. Adapun dengan 5G yang mengurangi latensi hingga 80%, konsumen kini bisa menerima iklan hampir secara instan.
Dengan 5G, mengirimkan konten hanya dengan latensi di bawah dua milidetik. Dalam hal iklan, misalnya, merek kini bisa menggunakan virtual reality (VR) untuk menawarkan gambar 360 derajat dari ponsel mereka. Konsumen bahkan bisa menempatkan produk di dalam ruangan dan mencobanya, yang mana semuanya bisa diakses melalui ponsel mereka.
Jenis iklan dengan rancangan seperti itu, yang kapasitas ukuran filenya lebih besar, bisa ditopang oleh jaringan 5G. Sementara itu, dengan 4G, iklan sebagian besar terbatas pada gambar yang stagnan atau berputar. Namun, dengan 5G, iklan kini dapat hadir dalam berbagai format audio dan video yang lebih dimensional dan mengasyikkan.
Misalnya, Emodo bermitra dengan layanan buku audio untuk menciptakan pengalaman iklan audio seluler 5G pertama—yang ditayangkan secara terprogram. Bersama-sama, kami bisa melakukan streaming konten selama satu jam dari tujuh buku audio, yang berbeda dari satu pengalaman iklan. Adapun untuk memberi pengalaman ini tak bisa mengandalkan 4G.
5G juga memiliki potensi besar untuk pemasaran berdasarkan pengalaman. Contohnya, penyanyi Liam Payne membagikan kinerja AR bertenaga 5G untuk EE BAFTA melalui aplikasi The Round, menciptakan ilusi pertunjukan tepat di ruang tamu pemirsa.
Meningkatkan engagement secara tak langsung
Setelah 5G menghadirkan berbagai iklan AR baru dan menayangkannya—secara lebih mulus, konsumen terlibat dengan merek dengan secara lebih intim. Dalam kampanye Emodo, kami melihat rasio klik-tayang 2—3 kali lebih tinggi dari rata-rata, dan rasio unduhan aplikasi 2—4 kali lebih tinggi dari rata-rata.
Dalam pengujian awal kampanye AR Emodo, kami melihat mereka yang terpapar AR, menyukai AR tersebut. Tujuh puluh empat persen responden survei kami setuju, atau sangat setuju, bahwa iklan ini akan lebih menarik perhatian mereka.
Dalam satu kampanye yang dijalankan oleh peretail nasional, kami melihat laba dari belanja iklan 3,79 kali di atas rata-rata. Iklan AR terbukti cukup efektif dalam mendorong konsumen untuk melakukan pembelian dan membawa mereka lebih dekat ke konversi.
Covid-19 mendorong gelombang baru dalam periklanan
Karena COVID-19, banyak merek yang perlu mencari alternatif untuk mendorong konsumennya belanja langsung. Pergeseran ke belanja online lebih dari sekadar tren. Saya percaya itu. Di lain sisi, pelanggan masih perlu mencari, merasakan produk, merek, dan lingkungan sebelum mereka membeli.
Hanya dengan mengklik tombol atau memindai kode QR, pengalaman iklan AR memungkinkan merek dan peretail—yang sebelumnya bergantung pada toko fisik, memamerkan dagangan mereka ke audiens dengan cara yang lebih luas di seluler. Menurut studi internal, tiga pemasaran dengan AR yang populer ialah uji coba produk, portal mixed reality, dan demonstrasi—yang akan mendorong pembeli online untuk menguji apa yang ingin mereka beli.
Secara keseluruhan, 70% responden dari penelitian kami mengaku ingin mendapat lebih banyak pengalaman iklan AR. Dalam 20 tahun lebih saya dalam periklanan, saya belum pernah mendengar orang meminta lebih banyak iklan dalam bentuk apa pun dalam konteks apa pun, apalagi 70% orang.
Sebelum pandemi, teknologi industri periklanan jauh tertinggal dibandingkan dengan industri lain. Namun dengan penerapan 5G dan AR, kita berada di era baru bagi pengiklan dan konsumen.
Siapkah menerapkan AR dalam strategi periklanan?
Cobalah eksplorasi aset AR yang Anda miliki. Ini bisa menjadi lompatan besar dalam memulai iklan AR. Pikirkan di luar gimmick. Seringkali ketika perusahaan mengadopsi teknologi baru, mereka melakukannya, awalnya, sebagai gimmick.
Sebagai catatan, gimmick dalam marketing ialah salah satu strategi marketing yang menciptakan rekayasa sedemikian rupa agar bisa mencapai tujuan yang diharapkan oleh pebisnis atau tim marketing, demi mencapai target penjualan atau pun meningkatkan brand awareness.
Untuk AR, itu mungkin terlihat seperti “faktor wow” satu kali yang terkait dengan sponsor acara atau pakaian bermerek yang dapat “dicoba” oleh konsumen. Tetapi rahasia kesuksesan AR ialah bisa melampaui gimmick, dengan strategi jangka panjang untuk memanfaatkan AR. Buatlah aset AR berkualitas tinggi yang fungsional dan taktis untuk keberlangsungan merek dan terus eksis bagi konsumen.
Teknologi baru bisa mengintimidasi, namun jangan terjebak dalam kelumpuhan analisis. Pembelajaran langsung adalah cara terbaik untuk mendapat strategi baru apa pun. Kami mendorong kekuatan penuh ke masa depan periklanan, dan 5G sebagai penyokongnya.
*General Manager di Ericsson Emodo, divisi teknologi di Ericsson dan pemimpin dunia di teknologi dan layanan komunikasi