Tanggapi Rasialisme di AS, Nike Bikin Jargon ‘Don’t Do It’

Addiction.id-Jakarta. Produsen pakaian dan sepatu olahraga Nike merespons kematian George Floyd, seorang petugas keamanan di restoran Conga Latin.
Diketahui, Floyd tewas setelah lehernya ditindih lutut polisi Derek Chauvin, Senin (25/5). Lelaki ini ditangkap dengan tuduhan memakai uang palsu untuk bertransaksi di toko kelontong. Kematian lelaki berkulit hitam tersebut berujung demonstrasi besar-besaran di Amerika Serikat (AS).
Nike yang dikenal dengan jargonnya ‘Just Do It‘ mengubahnya menjadi ‘Just Don’t Do It‘ dalam merespons situasi tersebut, dikutip dari Newsweek, Sabtu (30/5).
Melalui akun resmi Instagram-nya, perusahaan ini mengunggah sebuah pesan kepada 112 juta pengikutnya dengan menulis, “untuk sekali saja, jangan lakukan itu.”
Di video berdurasi singkat itu, muncul pesan: “Jangan berpura-pura tidak ada masalah di Amerika. Jangan berpaling dari rasisme.”

Selanjutnya pesan berlanjut: “Jangan biarkan orang tak bersalah direnggut dari kami. Jangan membuat alasan lagi. Jangan berpikir ini tidak mempengaruhi Anda. Jangan duduk dan diam. Jangan berpikir Anda tidak bisa menjadi bagian dari perubahan. Mari kita semua menjadi bagian dari perubahan.”
Pesan yang dibagikan pada Jumat (30/5) malam itu muncul setelah terjadi penangkapan terhadap sejumlah demonstran–yang protes atas pembunuhan Floyd, di kota-kota seperti New York, Atlanta dan Oakland.
Ketegangan rasial menegang dengan penyerangan terhadap Ahmaud Arbery, Christian Cooper, dan Breonna Taylor.
Iklan diluncurkan pada pukul 7 malam waktu setempat, pada Jumat (30/5). Iklan pun di-retweet oleh sejumlah orang terkenal seperti rapper Travis Scott ke 8,3 juta pengikutnya, dengan pesan “Mari kita semua menjadi bagian dari perubahan #UntilWeAllWin”.
Namun, ada pihak yang mengkritisi unggahan Nike tersebut. “Ini iklan? .. Selebriti adalah sosiopat. Anda pikir iklan Nike adalah respons yang tepat?”
Warga net lain turut mengomentari utas Scott. “Untuk sekali saja, bisakah kemanusiaan lebih penting daripada branding perusahaan besar?”
Tweet lain: “love you trav, tetapi iklan Nike ini tidak menggugah saya.”
Ada lagi yang menulis: “Jika Nike benar-benar mendorong perubahan nyata, mereka akan mendukung rancangan undang-undang untuk membantu mengakhiri rasisme sistematis ini, bukan hanya memasang iklan.“
Bahkan ada satu unggahan video yang merespons iklan Nike, yang pada Sabtu telah diputar lebih dari tiga juta kali berbunyi: “Apakah Nike akan menyumbangkan uang untuk membantu biaya hukum para pengunjuk rasa yang telah ditangkap? Atau apakah mereka hanya ikut-ikutan agar terlihat seperti orang baik dan meningkatkan penjualan?”
Terdapat beragam reaksi terhadap sikap Nike, yang sebelumnya terkait ketidaksetaraan rasial dan kebrutalan polisi pada September 2019–di mana pihaknya memperbarui kesepakatannya dengan Colin Kaepernick, yang memprotes kebrutalan polisi dengan berlutut selama lagu kebangsaan di pertandingan NFL.
Saham Nike turun sebentar dan kemudian melonjak segera sesudahnya.
Dalam sebuah pernyataan, seorang juru bicara Nike mengatakan bahwa perusahaan itu memiliki sejarah panjang dalam melawan kefanatikan, kebencian, dan ketidaksetaraan dalam segala bentuk.
“Kami berharap dengan berbagi pesan ini kami dapat berfungsi sebagai katalis untuk menginspirasi tindakan terhadap masalah mendalam di masyarakat kita. Dan, mendorong orang untuk membantu membentuk masa depan yang lebih baik,” lanjut juru bicara.
Sementara itu, Kim Sheehan, yang mengarahkan program Magister Periklanan dan Tanggung Jawab Merek di University of Oregon, memuji langkah tersebut. Ia mengatakan kepada AdWeek, “ini orisinil bagi mereka, dengan dukungan dari Colin Kaepernick.”
Dia mengaku senang melihat Nike dengan cepat menanggapi peristiwa yang mengerikan baru-baru ini. (LH)